Rabu, 06 Februari 2013

Mengapa Kita Belajar Beladiri???

Keadaan setiap individu dalam menghadapi sebuah perkelahian sangatlah beragam, tergantung keadaan mental, fisik dan mungkin kedewasaan seseorang. Bila orang dalam taraf minimal di lihat dari strategi beladiri baik fisik maupun mental, yang akan terjadi mungkin demikian: Ketika ia di provokasi dan di serang, ia akan serta merta memberi balasan ke bagian manapun dari tubuh lawannya, asal memuaskan keinginannya atas ketidak relaannya di serang orang lain.emosi yang berlebihan menuntunnya kepada vandalisme.  Ia mungkin akan membela diri secara berlebihan. Tetapi cara itu tidak efektif dan efisien. Belum tentu akan berhasil. Jika orang mempunyai persiapan mental dan fisik dalam beladiri, strategi pertahanan dirinya akan lebih terarah dan tidak berlebihan.


Setidaknya orang mempuyai lebih banyak pilihan dan mempunyai posisi yang lebih baik dalam menghadapi konflik fisik dengan orang lain jika ia mempunyai mekanisme bela diri yang lebih baik. Sebagai contoh, walaupun ini fiktif…, seseorang menodongkan sebilah pisau pada anda karena ia menghendaki isi dompet anda. Seketika anda kunci tangannya yang menodongkan pisau hingga ia jatuh ke tanah, sehingga pisau dapat anda ambil alih dengan mudah. Karena ia tahu anda bukan orang yang lemah, segera ia akan meninggalkan anda. Ia selamat dan andapun selamat. Keadaan ini akan menjadi berbeda bila anda berteriak “RAMPOOOOOOOK!!”. Ia akan panik dan melukai anda, anda mungkin akan terluka, ia lari. Orang ramai akan memukulinya. Lalu, ia mungkin terluka parah, bahkan MATI.
Dari kedua pilihan itu , pilihan pertama adalah lebih baik dan bijak sana dari pilihan kedua.
Mengapa saya sebut pilihan ini lebih baik dan bijak? Orang lain mungkin lebih suka bila si rampok itu di pukuli beramai ramai, biar dia KAPOK.
Bagaimanapun juga ia manusia, memang ia perampok. Tapi mungkin ia terpaksa. Ia butuh makan, pikirannya pendek, ia kemudian mencoba merampok anda. Mungkin beberapa ribu rupiah dari dalam dompet anda sebenarnya tidak begitu terasa bila memang harus hilang. Bagi si perampok, hidupnya tersambung beberapa hari dengan beberapa suap makanan.
Lho , siapa peduli hal itu?
Manusia mempunyai hati , perasaan, dan moral yang dapat menjadi pembeda yang nyata antara orang yang punya rasa kemanusiaan dan yang tidak. Hal ini menyebabkan beladiri itu sendiri bisa berfungsi sebagai:

  1. Alat pencegah konflik (negosiasi dan rekonsiliasi)
  2. Alat untuk menundukkan lawan
  3. Alat untuk menyakiti
  4. Alat pembunuh
Pilihan pertama dan kedua adalah pilihan terbaik jika anda adalah seorang praktisi beladiri. Sisanya adalah seburuk buruknya keputusan, walau kadang harus di tempuh.
Lalu apa bedanya antara tehnik beladiri dan tehnik membunuh?
Mungkin tak ada bedanya. Yang berbeda adalah manusia di balik fenomena beladiri itu sendiri. Beladiri timbul sebagai respon terhadap serangan dalam sebuah perkelahian. Namun tehnik yang sama , yang di gunakan penyerang untuk menyakiti targetnya, dapat pula di gunakan pembeladiri sebagai tehnik balasan dalam mempertahankan diri. Pukulan dan tangkisan dapat dilakukan kedua pihak yang bertarung, baik penyerang ataupun pembela diri. Dalam analogi yang sama, sebuah pistol bukan saja bisa digunakan untuk melindungi diri anda dan keluarga, namun bisa juga digunakan secara agresif untuk membunuh orang lain. Ide beladiri adalah ANDA DISERANG dan ANDA MEMPERTAHANKAN DIRI. Bila anda tidak dalam keadaan di kritis atau di serang, tetapi anda menggunakan tehnik beladiri anda untuk menyerang orang lain, maka anda menggunakan bela diri untuk menyakiti orang lain.
Kesimpulannya sederhana:
  1. MEMBELA DIRI itu bersifat DEFENSIF (bertahan).
  2. MENYERANG atau MEMULAI PERKELAHIAN itu bersifat OFENSIF (berinisiatif memulai serangan).
Karena tehnik beladiri itu dapat di pakai untuk kedua tujuan tersebut, maka hati manusialah yang akan menentukan untuk apa suatu tehnik beladiri akan di pakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar